Beranda | Artikel
Antara Peleburan Dosa di Dunia dan di Akhirat (Bag. 3)
Selasa, 25 April 2023

Bismillah, wal-hamdulillah wash-shalatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du,

Syarat-syarat tobat

Tobat adalah termasuk pelebur dosa yang terbesar. Tidak ada satu pun dosa yang sanggup berhadapan dengan tobat. Oleh karena itu, di bagian terahir dari serial tulisan ini, kami akan bawakan tujuh syarat agar tobat diterima oleh Allah Ta’ala:

Islam

Allah Ta’ala tidaklah menerima tobat jika pelakunya masih kafir. Karena kekafiran itu menggugurkan seluruh amal, dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan seandainya mereka (para nabi) menyekutukan(-Nya), maka akan gugur dari mereka semua apa yang mereka lakukan.” (QS. Al-An’am: 88)

Demikian pula, dalam surah Ibrahim ayat 26 dengan tafsir Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu bahwa tidak diterima amal apapun jika disertai dengan kesyirikan (kekafiran) [1]. Sedangkan tobat itu sendiri adalah amalan saleh.

Ikhlas

Allah Ta’ala berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 146,

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّه فَأُولَٰئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا  

“Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka, mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”

Menyesal

Berhenti dari dosa saat itu juga

Bertekad bulat untuk tidak mengulanginya

Dalil dari 3 syarat ini adalah firman Allah Ta’ala di surah Ali ‘Imran ayat 135 dan 136,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ    

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan buruk yang mereka lakukan, sedangkan mereka mengetahui.”

أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ  

Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”

Syekh Bin Baz rahimahullah menjelaskan ayat di atas [2] bahwa maksud “tidak meneruskan perbuatan maksiat” adalah syarat sahnya tobat. Dan tidaklah bisa terlaksana hal ini, kecuali dengan meninggalkan maksiat dan berhenti darinya serta bertekad bulat tidak mengulanginya lagi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

النَّدَمُ تَوْبَةٌ

“Menyesal adalah tobat.”  (HR. Ahmad, sahih)

Sebagian ulama menjelaskan bahwa tobat cukup terealisir dengan menyesal, karena menyesal berkonsekuensi seseorang berhenti dari dosa dan bertekad bulat untuk tidak mengulanginya. Keduanya tumbuh dari sikap menyesal. [3]

Sebelum sakaratul maut (sebelum roh sampai tenggorokan)

Firman Allah Ta’ala dalam surah An-Nisa’ ayat 18,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

“Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan keburukan (yang) hingga apabila datang sakaratul maut kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertobat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.”

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ الله عزَّ وجَلَّ يقْبَلُ توْبة العبْدِ مَا لَم يُغرْغرِ

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menerima tobat seorang hamba selama rohnya belum sampai ke tenggorokan.” (HR. At-Tirmidzi, hasan)

Maksudnya adalah apabila seseorang sudah merasakan sakitnya sakaratul maut karena proses pencabutan roh sudah sampai tenggorokan. Ketika itu, seseorang telah melihat malaikat maut dan telah yakin ia akan segera mati serta tak bisa kembali ke dunia lagi. Maka, tobat pada kondisi itu tidak diterima oleh Allah, karena yang dijadikan patokan adalah iman kepada perkara gaib. [4]

Sebelum matahari terbit dari tempat tenggelamnya (barat)

Firman Allah Ta’ala dalam surah Al-An’am ayat 158,

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلَائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ ۗ يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا ۗ قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ  

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).`”

Maksud “datangnya ayat dari Tuhanmu” dalam firman Allah di atas adalah terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya (barat), sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ، تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari tempat tenggelamnya (barat), niscaya Allah akan terima tobatnya.” (HR. Muslim)

Salah satu saja dari ketujuh syarat ini tidak ada pada diri seseorang, maka tobatnya tidaklah diterima oleh Allah Ta’ala. Wallahu a’lam.

[Selesai]

Kembali ke bagian 2 Mulai dari bagian 1

***

Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah


Artikel asli: https://muslim.or.id/84458-antara-peleburan-dosa-di-dunia-dan-di-akhirat-bag-3.html